You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.
.. SELAMAT DATANG DI WEBSITE KELOMPOK KERJA PENYULUH AGAMA ISLAM KOTA YOGYAKARTA TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN DAN APRESIASINYA.. SEMOGA BERMANFAAT DAN KESUKSESAN SELALU MENYERTAI ANDA..

Selasa, 08 April 2014

Perlakukan Lingkungan Alam Dengan Bersahabat



اَللهُ الَّذِيْ سَخَّرَلَكُمُ اْلبَحْرَلِتَجْرِيَ اْلفُلْكُ فِيْهِ بِاَمْرِه وَلِتَبْـتَغُوْا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. وَسَخَّرَلَكُمْ مَاِفىالسَّموتِ وَمَافِىاْلاَرْضِ جَمِيْعًامِّنْهُ اِنَّ فِي ذلِكَ َلأيتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ. (الجاسيه:12-13)

“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizing-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang berfikir”  (QS. Al Jaatsiyah: 12-13)


Hujan bagi makhluk hidup di seantero alam dunia ini adalah berkah. Sebab, dengan hujan itu, rumput-rumput dan pepohonan seperti bangun dari tidurnya, tunas-tunas baru mulai bermunculan sebagai pertanda adanya kehidupan kembali. Demikian juga, bagi manusia, khususnya para petani, hujan berarti rezeki. Berkah karena, dengan hujan itu yang mulai sejak akhir tahun 
Perubahan iklim dan cuaca beberapa tahun terakhir ini dipandang tidak lumrah. Hujan sering turun sangat deras, di luar kebiasaan. Akibatnya, beberapa tahun terakhir ini, banjir di beberapa daerah (termasuk ibu kota) selalu menjadi berita rutin setiap tahun. Musim kemarau tahun 2002 lalu, sering kita temui hujan yang cukup deras, sehingga masyarakat seringkali rasan-rasan, “ini musim kemarau apa penghujan?”  Akhir kemarau tahun 2002 ternyata mundur dari biasanya. Bulan Oktober biasanya (menurut adat alamiahnya) sudah mulai musim hujan, ternyata sampai Desember hujanpun belum merata. Ada daerah yang sudah banjir karena hujan, tetapi ada daerah (daerah tadah hujan) yang belum bisa tanam karena belum ada air. di wilayah Gunungkidul bagian utara, masih kesulitan air untuk komsumsi dan bertanam. Uniknya, bagi petani yang sudah bertanam sejak awal (pada hujan-hujan pertama) harus menghadapi kecemasan yang sangat, sebab tanamannya pelan-pelan mongering, akibat tak ada air.  Karena itu, bisa dipastikan bahwa panen di musim hujan tahun ini akan turun drastic. Bahkan ada beberapa yang tidak bisa panen jagung, kacang atau padi.
  
Kondisi iklim dan perubahan cuaca yang tidak menentu menarik untuk kita cermati. Terlepas, semua itu disebabkan oleh adanya fenomena  El Nino atau La Nina, yang pasti bahwa ketidak teraturan perubahan iklim ini tidak lepas dari polah tingkah perilaku manusia, mungkin termasuk kita. Bahwa sekarang ini, tanpa disadaerai, mungkin kita tidak lagi ramah terhadap alam. Penjarahan hutan-hutan di negri kita ini makin membabi buta. Pencemaran limbah rumah tangga dan industri semakin tak terkendali. Pemakaian zat-zat kimia di dunia pertanian, peternakan, perikanan dan industri semakin menggila. Akibatnya, alam yang merupakan berkah dan karunia bagi manusia, sekarang berbalik menjadi bencana. Beberapa tahun terakhir ini, kita mulai memanen bencana demi bencana. Banjir,  kekeringan, tanah longsor, gunung meletus, dan sebagainya secara bergelombang mewarnai perjalanan bangsa ini.


Lingkungan Alam Adalah Karunia
Sebagai orang yang beriman, bagaimana kita menyikapi fenomena alam yang terasa semakin ganjil ini ? Kecemasan dan  ketakutan, sesekali  mungkin menghantui pikiran kita. Namun demikian, kita tidak dibenarkan jika  harus larut dalam kecemasan atau ketakutan menghadapi berbagai kejadian alam.  Dan sebaliknya,  tidak dibenarkan  juga jika kita tidak peduli sama sekali terhadap  berbagai bencana yang menimpa saudara-saudara kita. Karena, siapa tahu bahwa suatu saat bukan tidak mungkin bahwa  bencana itu juga bisa menimpa kita, ayah-ibu kita, adik atau kakak kita, ataupun  orang-orang yang kita cintai.
Sikap yang perlu ditanamkan dan dikembangkan sejak dini bagi setiap orang, adalah sikap positif terhadap alam, yaitu bahwa alam tempat kita hidup ini adalah ciptaan sekaligus anugerah. Secara gamblang Allah menegaskan hal itu dalam ayat di atas dan ayat berikut :  

اَللهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموتِ وَاْلاَرْضَ وَاَنْرَلَ مِنَ السَّمَآءِ فَاَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرتِ رِزْقًاالَّكُمْ وَسَخَّرَلَكُمُ اْلفُلْكَ لِتَجْرِيَ بِاَمْرِه وَسَخَّرَلَكُمُ اْلاَنْهرَ. (ابرهم : 32)

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (QS. Ibrahim: 32)

Sebagai ciptaan, lingkungan alam ini  bersifat teleologis, sempurna dan teratur; dan sebagi anugerah, ia  merupakan kebaikan yang tidak mengandung dosa yang disediakan untuk manusia, alias suci. Tujuan Allah menciptakan alam ini adalah menjadi media yang memberikan kesempatan bagi  kita sebagai manusia untuk melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan (membangun peradaban). Praktisnya, menurut Ismail Raji Al Faruqi, bahwa  pandangan Islam terhadap alam ini dicirikan oleh tiga hal, yaitu; keteraturan, kebertujuan dan kebaikan. Menurut intelektual muslim yang meninggal di Amerika ini bahwa alam adalah suatu panggung hidup  yang digerakkan oleh perintah dan tindakan Allah SWT.  
Betapun sederhananya batu, pasir, tanah, dan berbagai benda-benda alam lainnya, tetap saja kita tidak bisa membuatnya. Aneka ragam jenis hewan ternak, burung yang warna-warni, tumbuh-tumbuhan, segala macam jenis ikan laut,    berbagai mineral yang terpendam di perut  bumi, seperti; minyak, emas, tembaga, gas, aspal dan sebagainya, adalah sumberdaya alam yang terjadi secara sunnatullah, atas kehendak Allah.   Semua kebutuhan untuk hidup kita, telah tersedia secara lengkap, kita  tinggal memakai dan memeliharanya.
Tetapi, mengapa sekedar memelihara saja terasa sepertinya terasa berat dan  sulit ? Inilah persoalan utamanya.
Mengembangkan sikap bersahabat dengan alam, adalah sikap positif yang  tumbuh dari pemahaman yang benar terhadap alam ini. Menurut  Islam, lingkungan  alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, lingkungan alam  bersifat teleologis, sempurna dan teratur; sebagi anugerah, ia merupakan kebaikan yang tak mengandung dosa yang disediakan untuk manusia. Tujuan diciptakannya alam ini adalah memungkinkan kita sebagai manusia untuk melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan (membangun peradaban). Praktisnya, pandangan Islam terhadap alam dicirikan oleh tiga hal, yaitu keteraturan, kebertujuan dan kebaikan. Alam adalah suatu panggung hidup  yang digerakkan oleh perintah dan tindakan Allah SWT. 

Bersahabat dengan lingkungan
   Karena itu, secepatnya kita perlu berbuat sesuatu.  Tindakan sederhana, tetapi  sangat mendasar untuk mengembalikan agar lingkungan alam ini benar-benar menjadi karunia bukan bencana adalah menanamkan kembali prinsip-prinsip   dalam memperlakukan lingkungan. Sebab, diakui atau tidak bahwa lingkungan alam yang akhir-akhir ini rasanya kok kurang atau bakkan tidak bersahabat dengan kita, sebab utamanya adalah karena kita telah semena-mena, rakus dan arogan terhadapnya.
Pandangan Islam terhadap lingkungan alam berbeda dengan agama-agama lain. Menurut agama Hindu lingkungan alam adalah sebagai suatu peristiwa tak menguntungkan  yang terjadi  atas dewa Brahma yang Muntlak. Ciptaan (yakni makhluk individual, termasuk lingkungan alam) merupakan obyektivikasi darinya (yang Mutlak) yang seharusnya  tidak terjadi karena hal itu merupakan kemerosotan   dari kesempurnaannya sebagai yang Mutlak. Implikasinya, semua benda yang ada di alam ini, termasuk manusia dianggap  sebagai penyimpangan, sebagai sesuatu yang terkurung dalam bentuk makhluk. Menurut agama Kristen, lingkungan alam adalah makhluk Tuhan yang pernah sempurna, tetapi kemudian  rusak dalam "kejatuhan" dan dengan demikian menjadi jahat. Kejahatan penciptaan, yang bersifat ontologis, esensial dan pervasif, menjadi alasan bagi drama  penyelamatan Tuhan, dari inkarnasi diri-Nya dalam diri Yesus, dari penyaliban dan kematian-Nya. Jadi, pikiran Kristen menganggap bahwa ciptaan telah jatuh dan alam sebagai kejahatan. Lebih lanjut, kebencian terhadap materi yang menjadi ciri gnostisisme terwariskan kepada Kristen  dan menguatkan rasa kejijikan dan antagonismenya  terhadap “alam dunia" (Al-Faruqi: 1988).
Berbeda dengan Hindu dan Kristen, Islam memandang bahwa lingkungan  alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, lingkungan alam  bersifat teleologis, sempurna dan teratur; sebagi anugerah, ia merupakan kebaikan yang tak mengandung dosa yang disediakan untuk manusia. Tujuan diciptakannya alam ini adalah memungkinkan kita sebagai manusia untuk melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan (membangun peradaban). Praktisnya, pandangan Islam terhadap alam dicirikan oleh tiga hal, yaitu keteraturan, kebertujuan dan kebaikan. Alam adalah suatu panggung hidup  yang digerakkan oleh perintah dan tindakan Allah SWT. 

Hikmah di Balik Peristiwa

Kejadian alam semesta dengan proses yang panjang itu, memnerikan pelajaran penting bagi kehidupan kita. Pelajaran yang bisa diambil antara lain:
Pertama, setiap kejadian atau peristiwa di alam semesta ini pastilah melalui proses. Termasuk segala kejadian yang berkaitan dengan manusia, seperti; menjadi kaya, pandai, terhormat, popularitas dan sebagainya  adalah melewati suatu proses tertentu. Termasuk kejadian manusia sebagai makhluk yang sempurna, juga melalui proses panjang baik proses organik maupun proses sosio-psikologis, yaitu dari bersatunya setitik air mani (nuthfah) laki-laki dengan sel telur wanita, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian ditiupkan ruh, dan terus tumbuh serta berkembang menjadi embrio manusia. Selama sembilan bulan lebih akhirnya lahir menjadi bayi manusia. Setelah lahir saja, manusia masih melewati proses panjang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, terus menjadi tua dan seterusnya. Demikian juga pada dunia pepohonan, makhluk ini  juga mengalami proses panjang untuk dapat menghasilkan buah. Semua tumbuhan (pepohonan) pasti melalui proses dari benih, kemudian tumbuh, berkembang, penyerbukan  dan baru kemudian berbuah. Dengan demikian, proses atau tahap-tahap kehidupan ini merupakan sesuatu yang berproses secara lamaiah atau sesuai dengan sunnatullah.
Kedua, semua kejadian atau peristiwa di alam semesta ini memiliki sebab dan akibat. Termasuk pilihan manusia dalam menentukan ppola pikir, sikap dan perbuatan juga akan menimbulkan implikasi  secara langsung ataupun tidak langsung bagi dirinya sendiri atau lingkungannya. Atas dasar itu,  maka kita perlu selalu mempertimbanagkan baik dan buruk atas sikap dan perbuatan yang kita lakukan.
Ketiga, sudah seharusnya jika setiap proses dalam kehidupan, kita harus berupaya untuk menuju ke arah yang lebih baik atau menuju ke arah kesempurnaan. Dalam arti bahwa manusia semakin dewasa dan  semakin tua, haruslah semakin besar karyanya, makin arif dan bijaksana perbutannya serta semakin dekat terhadap Allah SWT yang menciptakan dirinya dan alam semesta seisinya.
Akhirnya, sekarang terpulang kepada kita, bahwa alam semesta ini akan benar-benar menjadi karunia yang akan memuliakan kita, jika kita bisa memuliakan alam ini. Demikian juga, bahwa berbagai kejadian alam ini tidak akan menjadi bencana  yang bisa menjadikan kita menderita, atau bahkan mematikan hidup kita, tetapi justru bersahabt dengan kita, sekiranya kita bisa bersahabat dengan lingkungan alam.

Yogyakarta, 12 Pebruari 2003
M. Mahlani

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP