Merebaknya
wabah Virus Corona di seantero belahan dunia, termasuk Indonesia, telah
menimbulkan dampak perubahan yang luar biasa di semua lini kehidupan. Bukan
hanya sektor ekonomi, sosial, pendidikan, pembangunan infrastruktur, dan
sebagainya, tetapi juga dalam sektor keagamaan.
Kita tahu bahwa
kegiatan keagamaan, khususnya berkaitan dengan pelaksanaan peribadatan dan
kegiatan keagamaan lainnya, secara umum terdiri dari dua bentuk, yaitu ibadah atau
kegiatan keagamaan yang dilakukan secara individual dan ibadah yang dilakukan berjama’ah
(berkelompok/kerumunan orang). Tetapi ada juga ibadah yang pelaksanaannya
individual, tetapi bisa dilaksanakan berjamaah, utamanya kalau menyangkut soal
keutamaan/pahala yang diharapkan, misalnya shalat fardhu lima waktu dan shalat
tarawih. Sementara lainnya, ada ibadah yang pelaksanaanya hanya bisa berjamaah
(kumpulan orang) seperti Shalat Jum’at dan shalat ‘Idul Fitri/Adha.
Sementara itu,
kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian, merupakan bagian dari kegiatan
sosial-keagamaan yang hampir semuanya merupakan kumpulan dari orang-orang
(jamaah) seperti pengajian, dari pengajian kecil sekitar puluhan/belasan orang
sampai pengajian yang bersifat kolosal sampai ratusan bahkan ribuan orang.
Pelarangan kegiatan berjamaah/kerumunan orang
Mengingat bahwa
penyebaran virus Corona salah satunya melalui kerumunan/ jamaah orang-orang,
maka pemerintah telah menentapkan kebijakan bahwa kegiatan sosial-keagamaan
yang melibatkan banyak orang/kerumunan harus ditiadakan. Hal ini berdampak
langsung pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan yang dilaksanakan oleh tenaga
fungsional Penyuluh Agama Islam. Karena, salah satu kegiatan utama kegiatannya adalah melalui kelompok binaan
dalam bentuk tatap muka.
Karena itu,
sejak diberlakukannya tanggap darurat Covid 19 dan apalagi setelah dilakukannya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah, maka berdampak
langsung terhadap tugas Penyuluh Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan dalam
bentuk tatap muka. Inilah tantangan nyata yang harus dihadapi oleh setiap
penyuluh di samping berbagai problem sosial-ekonomi yang dihadapi oleh
masyatakat, khususnya kelompok binaannya.
Tantangan bagi
Penyuluh Agama Islam
Peniadaan kegiatan
bimbingan dan penyuluhan dalam bentuk tatap muka yang pada umumnya bertempat di
di masjid/musholla, rumah penduduk atau tempat lainnya, tentu tidak dapat
menjadi alasan bagi Penyuluh Agama Islam
untuk kemudian diam, alias tidak melakukan apa-apa. Justru ini adalah tantangan
bagi penyuluh untuk melakukan terobosan dalam melaksanakan bimbingan dan
penyuluhan kepada masyarakat, khusunya
kelompok binaannya.
Masyarakat
sekarang ini, yang sedang menghadapi pergumulan di tengah pusaran wabah Corona
dihadapkan oleh beberapa masalah: Pertama, kesulitan ekonomi sebagai
akibat dari penutupan tempat usaha, “dirumahkan” nya karyawan swasta, dan
terganggunya perekonomian secara makro. Kedua, tidak diperbolehkannya
kegiatan bimbingan-penyuluhan yang melibatkan kerumunan/kelompok orang dalam
bentuk tatap muka.
Persoalan
pertama, sekalipun itu bukan tugas pokok Penyuluh Agama, tetapi bagaimanapun
juga, para penyuluh tidak bisa menutup mata atas masalah ekonomi yang dihadapi
masyarakat binaanya. Karena itu, dalam mengatasi masalah ini, peran penyuluh
tetap dapat dilakukan, misalnya dengan menginisiasi penggalangan bantuan khususnya
kebutuhan dasar/pokok. Hal ini bisa dilakukan dengan menjalin komunikasi atau
kerja sama dengan lembaga-pembaga yang berkompeten, baik swasta maupun pemerintah.
Persoalan
kedua, merupakan masalah pokok yang setiap penyuluh dituntut kreatif untuk
tetap bisa melakukan bimbingan dan penyuluhan, sekalipun tidak dilakukan
melalui tatap muka. Alternatif yang sekarang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkan jaringan internat, yaitu bimbingan dan penyuluhan on line. Hanya
saja, untuk melaksanakan kegiatan semacam ini juga harus menghadapi beberapa
persoalan.
Pertama,
masalah Penyuluh Agama. Berapa banyak jumlah Penyuluh Agama yang memiliki
kemampuan dan keahlian dalam bidang jaringan on line, ini menjadi persoalan
klasik yang pada kenyatannya sampai sekarang masih sulit dipecahkan. Mungkin para penyuluh pernah didiklat soal
pemanfaatan teknologi informasi (internet). Tetapi, lagi-lagi bahwa keahlian
ini lebih tergantung pada kesadaran, kemauan, dan ketekunan untuk mau
mempelajarinya secara teratur dan berkelanjutan, kemudian diaplikasikan setiap
saat. Sekalipun memiliki perangkat smartphone produk terbaru dengan vitur-vitur
yang sangat canggih untuk kebutuhan apa saja, tetapi lagi-lagi paling banter
hanya untuk WA-an saja. Alasannya sederhana, murah-meriah, ngirit kuota, atau
memang belum ada dorongan kemauan untuk memanfaatkan vitur-vitur yang
berhubungan dengan komunikasi dengan publik melalui on line.
Kedua,
masalah masyarakat kelompok binaan. Perosalannya mungkin hampir sama dengan
Penyuluh Agama, yaitu berapa banyak anggota jamaah binaan yang melek ternet. Jama’ah
binaan para penyuluh bia jadi, yang
sudah melek dunia internet kemungkinan prosentasenya kecil.
Ketiga,
masalah jaringan internet dan perangkat-perangkat yang diperlukan. Ini masalah klasik yang dihadapi oleh
penyuluh dan kelompok binaannya. Semua penyuluh dan kemungkinan sudah memiliki
telpon seluler (HP) dan sebagian besar juga
memiliki komputer/laptop. Demikian juga
sebagian besar warga binaanya bisa jadi juga memiliki
perangkat-perangkat itu. Tetapi umumnya masalahnya sama, belum dilengkapi
dengan jaringan internet yang memadai untuk kebutuhan komunikasi online dengan
durasi waktu yang lama atau berkelanjutan. Persoalannya umumnya sama, jumlah
kuota internet di hp/atau jaringan internet di komputer/laptop terbatas. Di
kantor mungkin bisa menggunakan jaringan fasilitas internet kantor, tetapi kita
tahu bahwa penyuluh itu kegiatannya banyak di masyarakat. Sementara di rumah
sendiri, kemungkinan sebagian besar dari penyuluh juga tidak memiliki jaringan
internet yang berkapasitas besar (unlimited).
Keempat,
masalah materi (content) bimbingan dan penyuluhan. Soal materi
penyuluhan sebenarnya adalah masalah proses yang dapat ditingkatkan setiap
waktu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Lebih dari itu, penguasaan
materi bimbingan-penyuluhan, penguasaan berbagai literatur keilmuan (psikologi,
tauhid, fiqih, tarikh, bahasa Arab, dan sebagainya mungkin sudah dimiliki oleh
setiap penyuluh, karena para penyuluh ini semuanya adalah sarjana, minimal
sarjana S-1 bahwa sudah cukup banyak yang menyandang master. Tetapi, kemampuan
memformulasikan materi bimbingan-penyuluhan menjadi sebuah sajian materi yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat, simpel, dan menarik bisa jadi menjadi
masalah tersendiri.
Kelima
persoalan di atas, bisa jadi hanya sebagian dari masalah yang dihadapi baik
oleh Penyuluh Agama Islam maupun masyarakat binaanya ketika akan melaksanakan
kegiatan bimbingan-penyuluhan melalui on line. Tetapi, sepertinya sudah lumayan
banyak para penyuluh yang sudah dapat melakukan itu, dalam bentuk yang beragam.
Hanya saja, baru sebagian kecil atau sudah sebagian besar, atau sudah semuanya,
sepertinya belum ada informasi yang dapat dijadikan rujukan.
Tetapi, melihat
dinamika perkembangan di medsos para penyuluh, sepertinya masih sebagian kecil
saja yang sudah melakukan bimbingan dan penyuluhan melalui on line. Tetapis
eberapun jumlahnya, kita perlu saling memberi apresiasi kepada para Penyuluh
Agama Islam yang sudah berupaya untuk terus melakukan kegiatan sekalipun di
tengah keterbatasan.
Jenis-jenis komunikasi on line
Materi
bimbingan dan penyuluhan di tengah wabah virus seperti sekarang ini, yang paling
memungkinkan dilakukan adalah dengan komunikasi on line, melalui bantuan
jaringan internet. Beriut dua jenis komunikasi yang dapat digunakan untuk
menyampaikan materi bimbingan penyuluhan melalui on line.
1.
Komunikasi sinkron, yaitu sebuah komunikasi menggunakan komputer,
smartphone ataupun handphone sebagai media media pendukung. Cara kerjanya
adalah kedua orang atau lebih yang ingin berkomunikasi secara bersama-sama on
line atau aktif di waktu yang bersamaan. Biasa juga disebut dengan
sinkronisasi percakapan.
2. Komunikasi
asinkron, yaitu kebalikan dari komunikasi sinkon. Komunikasi
ini juga menggunakan perangkat komputer, smartphone ataupun handphone
sebagai media pendukung, tetapi pesan atau percakapan dilakukan secara tunda.
Kebanyakan yang
sekarang sudah dilakukan oleh para Penyuluh Agama Islam adalah menggunakan
jenis yang kedua, karena lebih mudah, sederhana, murah, dan tidak perlu
persiapan ini dan itu serta tidak memerlukan keterampilan (keahlian) khusus
(spesifik). Berbeda dengan bimbingan-penyuluhan jenis pertama, ini memerlukan
keahlian khusus, termasuk memerlukan perangkat-perangkat yang memadai untuk
melakukan komunikasi langsung (live) baik bersifat interaktif maupun
tidak, terkecuali sudah difalitasi oleh media tertentu, jadi penyuluh tinggal
menyiapkan materi saja, misalnya melalui saluran televisi/radio yang sudah ada.
Berikut ini
beberapa jenis bimbingan penyuluhan yang dapat dilakukan oleh Penyuluh Agama
Islam di tengah pusaran wabah Covid 19.
1.
Video confrence/vodeo
call/live (langsung). Video call adalah bentuk komunikasi tatap muka jarak jauh yang dapat
mempermudah orang – orang yang ingin
berkomunikasi secara sinkron dan bertatap muka meskipun jarak antar keduanya
saling berjauhan. Dalam hal ini, penyuluh bisa bertatap muka langsung dengan
jamaah melalui komputer/smartphone dan bisa interaktif. Sekarang ini yang
banyak dipakai misalnya dengan aplikasi Zoom, skype, house party, dan whattsapp
juga bisa.
2.
Video live
searah, tetapi bisa berkomunikasi melalui chatting (tulisan). Contohnya,
penyuluh melakukan bimbingan penyuluhan live melalui youtube, dan pemirsanya
(pesertanya) bisa memberikan respon berupa informasi, komentar, atau pertanyaan
secara langsung melalui chatting.
3.
Video melalui
link youtube, instagram atau facebook yang bersifat searah, bisa live atau
tunda. Bedanya dengan yang kedua, yaitu kalau yang kedua bisa kemukasi dua arah
melalui chating/tulisan, sementara yang ketiga tidak bisa komunikasi langsung
walaupun dengan chatting.
4.
Percakapan
singkat seperti Short Massage Service (SMS), Facebook Chat, Line Chat,
WA Chat, dan lain sebagainya. Perakapan chat ini memiliki beberapa kekurangan
dibanding jenis-jenis sebelumnya, seperti tidak bisa mendengar suara (khusus
chatting tulisan), tidak menampilkan ekspresi serta tidak dapat melihat lawan
bicara secara langsung. Di aplikasi WA bisa juga khusus menyampaikan pesan
bentuk audio.
5.
Gambar, poster,
leaflet, dan lain-lain yang diunggah melalui aplikasi Faceboo, Line, WA, atau lewat youtube juga
bisa. Gambar atau poster bisa juga divariasi dengan diberi narasi audio yang
disampaikan langsung oleh penyuluh yang bersangkutan atau oleh orang lain.
Memproduksi materi sendiri
Setiap jenis
bimbingan penyuluhan on line seperti di atas, masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan serta tingkat kompleksitas yang berbeda-beda dalam penyiapannya.
Jenis yang paling mudah, cepat dan murah tentu jenis nomor empat dan lima. Sedangkan
jenis yang lebih sederhana, murah tetapi memiliki kelebihan dalam berekspresi
serta berinteraksi dengan audiens adalah jenis nomor tiga. Jenis nomor tiga
ini, karena tidak perlu live, maka materinya dapat diatur sedemikian rupa, dan dapat dibuka/diikuti oleh semua orang dalam waktu dan tempat yang tidak
terbatas. Hanya saja, jenis ketiga ini memang agak ribet sedikit karena kalau
mau ideal, membutuhkan keterampilan khusus dan memerlukan perangkat-perangkat
yang harus disiapkan sebelumnya. Tetapi ini bisa dilakukan sendiri, di rumah
sendiri dan terpaksana tanpa harus pelu
bantuan orang lain juga tidak masalah.
Berikut ini langkah-langkah
memproduksi sendiri materi bimbingan penyuluhan dalam bentuk video yang dapat
diunggah melalui link youtube, facebook, instagram atau aplikasi lainnya.
1.
Menentukan tema
atau topik bahasan serta out line materi yang akan disampaikan, bisa tertulis
atau tidak tertulis. Hanya saja idealnya, tema materi yang akan disampaikan
sudah dikuasai, sehingga kalaupun memiliki naskah, tetapi penyampaiannya tidak
lagi membaca/atau melihat catatan yang ada. Kalaupun herus menyiapkan teks,
hanya sifanya membantu sistimatika atau ingatan secara spontan.
2.
Menyiapkan
alat-alat pendukung, antara lain:
a.
Hp
smartphone/kamera dengan resolusi memadai megapixelnya. Paling tidak untuk
hasil lumayan, minimal 20 megapixel.
b.
Microphone,
bisa menggunakan mic paling murah-meriah dengan hasil lumayan Mic Clip on.
c.
Tripot
d.
Laptop, jika
memerlukan editing gambar dan audio secara lebih lengkap.
e.
Studio untuk
produksi. Studio bisa di rumah sendiri, didesain/disetting sedemikian rupa
menggunakan ilmu koreografi yang memadai atau ruang rumah apa adanya. Atau di
alam terbuka, seperti berlatarbelakang sawah, sungai, gunung, dan lain-lain
malah lebih alami.
3.
Proses
shoting/rekaman
Proses
shoting/rekaman dapat dilakukan sendiri atau memerlukan bantuan orang lain,
tergantung keadaan. Sekiranya ada yang membantu, akan lebih mudah dalam
beberapa hal teknis, misalnya untuk memulai (on) dan menutup (off), atau untuk
biar lebih hidup dengan melakukan variasi obyek shoting, bisa normal,
diperbesar (zoom) atau diperkecil, dan lain-lain.
4.
Proses editing
Proses editing
merupakan bagian yang juga memerlukan kecermatan tinggi dan keahlian khusus,
utamanya dalam menggunakan aplikasi tertentu yang kita gunakan. Materi editing,
bisa meliputi:
a.
Audio/video yang
terekam mungkin ada yang salah, kata disebut berulang-ulang, atau vokalnya
tidak jelas, sehingga bisa dilakukan cutting atau pemotongan. Ini
penting dilakukan agar bahasanya benar dan runtut.
b.
Variasi tampilan
video sehingga bisa dilengkapi dengan informasi suara/gambar lain, atau ditambah
animasi dan lain-;ain yang dapat menambah tata artistik nilai seninya tanpa merusak/mengurangi
pesan yang disampaikan.
Untuk melakukan
editing video yang kita buat menggunakan aplikasi apa, tergantung perangkat yang
digunakan.
a.
Editing menggunakan
laptop/komputer antar lain: Windows Movie Maker, Sony Vegas Pro, VideoPad, AVS
Video Editor dan masih banyak lainnya.
b.
Editing menggunakan
smartphone, misalnya: VivaVideo, Moviemaker Film maker, Kine master, Inshot dan
lain-lain.
5.
Proses unggah di
internet
Setelah video sudah
selesai diedit dan dibuat dalam format MP4 atau AVI, proses terakhir adalah mengunggah
di internet. di sini kita bebas memilih untuk mengunggahnya, bisa melalui WA atau
medsos lainnya, atau diunggah dulu di youtube, kemudian dishare malalui WA. Hal
ini untuk mempermudah penyebaran infermasi ke sasaran yang kita tentukan.
Penutup
Beberapa kesimpulan
yang dapat kita catat dari adanya wabah covid 19 bagi Penyuluh Agama Islam, antara
lain:
1. Wabah virus Covid
19 merupakan tantangan nyata bagi semua penyuluh agar dapat melakukan terobosan
baru dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan.
2. Alternatif bimbingan
penyuluhan yang paling memungkinkan dilakukan di saat tidak diperbolehkan adanya
kerumunan orang adalah melalui media on line.
3. Materi atau pesan
yangakan disampaikan dapat menggunakan berbagai jenis, seperti video call, video,
chatting melalui medsos dan lain-lain.
4. Bagi penyuluh yang
dapat melakukan bimbingan penyuluhan melalui media elektronik seperti Televisi atau
radio, ini tentu lebih mudah dalam hal kita tidak perlu menyiapkan segala sesuatunya (dalam hal produksinya),
tinggal menyiapkan materi. Tetapi, ini kesempatannya terbatas. Tidak semua
penyuluh ada kesempatan tampil live atau tunda di media elektronik tersebut.
5. Bimbingan penyuluhan yang paling mudah dan keempatan terbuka bagi semua penyuluh adalah membuat produksi sendiri materi bimbingan dan penyuluh sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang tersedia. Ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Yogyakarta,
26 Maret 2020
M. Makhlani, S.Ag.M.Pd.
Penyuluh Agama Islam Ahli Madya
Kota Yogyakarta
Referensi:
3 komentar:
Perfect pak lani saat ini banyak PAIF yg sdg membuat alat utk tersampainya BP ke pokbin dan alternatif solusi dr permasalahn PAiF yg dibahaa pak lani mjd salah satu masukan sgt positif dan realitis... Mari PAIF ini mjd saat dan tantangan utk smkn kreatif agar kita ttp survival dan eksist.. Di dunia BP sbg tupoksi kita
Nggeh matur nuwun sanget bu Zus apresiasinya
Keren
Posting Komentar