Selasa, 31 Maret 2015
Metode adalah jalan yang harus kita tempuh dalam rangka
memberikan sebuah pemahaman terhadap murid tentang pelajaran yang mereka
pelajari. Metode sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang guru sebelum memasuki
ruang belajar, dan harus dipakai oleh seorang guru. Metode sangat berpengaruh
besar dalam pengajaran dengan metode nilai bisa baik atau bisa buruk, dangan
metode pula pembelajaran bisa sukses atau gagal, kebanyakan seorang guru yang
menguasai materi akan tetapi bisa gagal dalam pembelajaran karena ia tidak
menerapkan metode yang tepat untuk memahamkan siswanya.
Metode sangat berperan penting dalam pendidikan, karna
metode merupakan pondasi awal untuk mencapai suatu tujuan pendidikan dan asas
keberhasilan sebuah pembelajaran. Pada dasarnya pemerintah sudah menetapkan
aturan-aturan dengan memberikan jadwal pelajaran yang telah disepakati oleh
Departemen Pendidikan dan idiologi untuk memperbaharui dunia pendidikan. Hal
ini berarti pemerintah telah membatasi kebebasan para pendidik untuk
menyampaikan materi dengan metode mereka, akan tetapi seorang guru yang
profesional akan tetap selalu berkomitmen dengan metode yang bisaa ia pakai
dalam memberikan keberhasilan pendidikan pada pengajarannya. Pada intinya Apabila
metode yang dipakai dengan baik maka hasilnya akan berdampak pada mutu
pendidikan yang baik, namun jika metode yang dipakai tidak baik maka hasilnya
pun akan berakibat pada mutu pembelajaran yang tidak akan baik juga.
Seyoyanya seorang pendidik harus memberikan perhatian
penuh kepada metode baik metode secara umum maupun metode khusus dalam
pengajaran agar bisa mencapai keberhasilan yang menjadi tujuan dari pendidikan.
Sebagaimana seorang pendidik dituntut mengarahkan kepada pokok-pokok pengajaran
yang disampaikan dengan gaya pengajaran yang lama maupun baru; agar bisa
mengarahkan peserta didik dan bisa menyampaikan materinya dengan metode (https://smpitizzuddin07.wordpress.com)
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik
adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta
mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru
adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah
performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas
sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didiknya (http://bela3jarpsikologi.com). Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan
metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu
seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.
B. Pengertian Metode, Penyuluhan dan Majelis
Taklim
Metode
berasal dari Bahasa
Yunani methodos yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat
untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu (http://id.wikipedia.org).
Metode
pengajaran adalah cara penyampaian bahan pengajaran dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian, metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih
dilakukan guru ketika berinteraksi dengan jamaah dalam upaya menyampaikan bahan
pengajaran tertentu agar bahan pengajaran tersebut mudah dicerna, sesuai dengan
tujuan pengajaran yang ditargetkan
Penyuluhan
adalah turunan dari kata exstension yang dipakai secara luas dan umum dalam
bahasa Indonesia penyuluhan berasal dari kata dasar suluh yang berarti pemberi
terang ditengah kegelapan. Dalam bahasa Belanda penyuluhan disebut Voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya, dalam
bahasa Inggris dan jerman mengistilahkan penyuluhan sebagai pemberian saran atau
Beratung yang berarti seseorang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang tetapi
seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Penyuluhan).
Majelis
taklim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan kata ta’līm. Dalam
bahasa Arab kata majlis (مجلس) adalah bentuk isim makan (kata tempat)
dari kata kerja jalasa (جلس) yang berarti tempat duduk, tempat sidang,
dan dewan (Munawwir, 1997: 202). Dengan demikian majelis adalah tempat
duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi,
1994: 120). Sedangkan kata ta’līm (تعليم) dalam bahasa Arab merupakan masdar dari
kata kerja ‘allama (علم) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi
Ensiklopedi, 1994: 1035). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis
adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul
(Depdikbud RI, 1999:615) (https://roedijambi.wordpress.com)
C. Fungsi Majelis Taklim pada masyarakat
Majelis
taklim dapat dipahami sebagai suatu institusi dakwah yang menyelenggarakan
pendidikan agama yang bercirikan non-formal, tidak teratur waktu belajarnya,
para pesertanya disebut jamaah, dan bertujuan khusus untuk usaha
memasyarakatkan Islam (Siregar & Shofiuddin, 2003: 16). Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa majelis taklim adalah wadah atau tempat berlangsungnya
kegiatan belajar dan mengajar atau pengajian pengetahuan agama Islam (Tim
Editor, 2007: 237) atau tempat untuk melaksanakan pengajaran atau
pengajian agama Islam.
Adanya
majelis taklim di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk menambah ilmu dan
keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama, sebagai ajang
silaturahmi anggota masyarakat, dan untuk meningkatkan kesadaran dan
kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya (Alawiyah, 1997: 78). Masih
dalam konteks yang sama, majelis taklim juga berguna untuk membina dan mengembangkan
kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah
SWT, menjadi taman rohani, ajang silaturrahim antara sesame muslim, dan
menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa
(Jaelani, 2007: 237-238). Sementara itu, maksud diadakannya majelis taklim
menurut M. Habib Chirzin (2000: 77) adalah:
1.
Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua
hal-hal yang gaib;
2.
Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan
hidup manusia dan alam semesta;
3.
Sebagai inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh
potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal
dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan
bersama;
4.
Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan
yang padat dan selaras.
Masih
dalam konteks yang sama, tujuan majelis taklim adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan masyarakat Islam, meningkatkan
amal ibadah masyarakat, mempererat tali silaturrahmi di kalangan jamaah,
membina kader di kalangan umat Islam, membantu pemerintah dalam upaya membina
masyarakat menuju ketakwaan dan mensukseskan program pemerintah di bidang
pembangunan keagamaan (Tim Editor, t.t.: 675).
Dilihat
dari struktur organisasi yang dimilikinya, majelis taklim dapat dikategorikan
sebagai organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan bersifat
non-formal, karena tidak didukung oleh seperangkat aturan akademik kurikulum,
lama waktu belajar, tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan
sebagainya sebagaimana yang disyaratkan pada lembaga pendidikan formal
yaitu sekolah (Huda, 1986/1987: 13). Pendidikan luar sekolah berdasarkan
Undang-Undang Sistim Pendidikan Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah
suatu proses pendidikan yang sasaran, pendekatan, dan keluarannya berbeda
dengan pendidikan sekolah. Sedangkan berdasarkan pada tujuannya, majelis taklim
termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara self-standing dan self disciplined
yang mengatur dan melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah untuk
mufakat demi kelancaran pelaksanaan taklim Islami sesuai dengan tuntutan
pesertanya.
Meskipun
dikategorikan sebagai lembaga pendidikan non-formal Islam, namun majelis taklim mempunyai kedudukan
tersendiri di tengah-tengah masyarakat (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 121-122).
Hal ini karena majelis taklim merupakan wadah untuk membina dan mengembangkan
kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah
SWT SWT. Di samping itu, majelis taklim juga merupakan taman rekreasi
rohaniah, karena penyelenggaraannya dilakukan secara santai. Faktor lainnya
yang membuat majelis taklim cukup diminati masyarakat adalah karena lembaga
pendidikan non-formal ini adalah wadah silaturahmi yang menghidup suburkan
syiar Islam dan sebagai media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa.
Sebagai
sebuah lembaga pendidikan, majelis taklim memiliki materi-materi yang
disampaikan dan diajarkan kepada para pesertanya. Materi yang umumnya ada dan
pelajari dalam majelis taklim mencakup pembacaan, al-Qur’an serta tajwidnya,
tafsir bersama ulumul al-Qur’an, hadits dan fiqih serta ushul fiqh, tauhid,
akhlak ditambah lagi dengan materi-materi yang dibutuhkan para jamaah misalnya
masalah penanggulangan kenakalan anak, masalah Undang-Undang Perkawinan dan
lain-lain. Adapun kitab-kitab berbahasa Indonesia yang bisaanya dijadikan
pegangan adalah Fiqih Islam karangan Sulaiman Rasyid dan beberapa buku
terjemahan lainnya (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 121-122). Sedangkan menurut
Pedoman Majelis taklim yang dikeluarkan oleh Koordinasi Dakwah Islam (KODI),
materi yang disampaikan dalam majelis taklim adalah (Huda, 1996/1997: 13)
1.
Kelompok Pengetahuan Agama, yang mencakup di dalamnya
tauhid, tafsir, Fiqih, hadits, akhlak, tarikh, dan bahasa Arab.
2.
Kelompok Pengetahuan Umum, yang langsung berkaitan dengan
kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan agama. Artinya, dalam menyampaikan
uraian-uraian tersebut berdasarkan dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat
al-Qur’an atau hadits-hadits atau contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah SAW.
Penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di majelis taklim melihat
semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan yang perlu penanganan
yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah
itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar majelis taklim tidak
terkesan kolot dan terbelakang. Majelis taklim adalah salah satu struktur
kegiatan dakwah yang berperan penting dalam mencerdaskan umat, maka selain
pelaksanaannya dilaksanakan secara teratur dan periodik juga harus mampu
membawa jamaah ke arah yang lebih baik lagi.
Sistem
pengajaran yang diterapkan dalam majelis taklim terdiri dari beragam metode.
Secara umum, terdapat berbagai metode yang digunakan di majelis taklim, yaitu
(Redaksi Ensiklopedi, 1994: 43-45) :
1. Metode ceramah, yang dimaksud adalah
penerangan dengan penuturan lisan oleh guru terhadap peserta.
2. Metode tanya jawab, metode ini membuat
peserta lebih aktif. Keaktifan dirangsang melalui pertanyaan yang disajikan.
3. Metode latihan, metode ini sifatnya melatih
untuk menimbulkan keterampilan dan ketangkasan.
4. Metode diskusi, metode ini akan dipakai harus
ada terlebih dahulu masalah atau pertanyaan yang jawabannya dapat didiskusikan.
Sedangkan
metode penyajian yang dilakukan di majelis taklim dapat dikategorikan menjadi
(Redaksi Ensiklopedi, 1994: 121) :
1. Metode ceramah, terdiri dari ceramah umum,
yakni pengajar/ustadz/kiai tindak aktif memberikan pengajaran sementara jamaah
pasif dan ceramah khusus, yaitu pengajar dan jamaah sama-sama aktif dalam
bentuk diskusi.
2. Metode halaqah, yaitu pengajar
membacakan kitab tertentu, sementara jamaah mendengarkan.
3. Metode campuran, yakni melaksanakan berbagai
metode sesuai dengan kebutuhan.
Institusi
pendidikan non-formal ini telah lama tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
komunitas muslim sebagai lembaga dakwah plus pendidikan dan menjadi lembaga
yang paling banyak diminati oleh komunitas muslim dalam mengembangkan wawasan
keagamaannya (Siregar & Shofiuddin, 2003: 7).
Di
samping statusnya sebagai institusi pendidikan Islam non-formal, majelis taklim
sekaligus juga merupakan lembaga dakwah yang memiliki peran strategis dan
penting dalam pengembangan kehidupan beragama bagi masyarakat. Majelis taklim
sebagai institusi pendidikan Islam yang berbasis masyarakat memiliki peran yang
strategis terutama terletak pada upayanya mewujudkan learning society,
suatu masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa di batasi oleh usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan dapat menjadi wahana belajar, serta
menyampaikan pesan-pesan keagamaan, wadah mengembangkan silaturrahmi dan
berbagai kegiatan kegamaan lainnya, bagi semua lapisan masyarakat. Peranannya
yang strategis demikian pada gilirannya membuat majelis taklim diintegrasikan
sebagai bagian penting dari Sistim Pendidikan Nasional. Hal ini sebagaimana
dituangkan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab VI pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan non-formal
diperlukan untuk menambah dan melengkapi pendidikan formal. Bahkan pada ayat 4
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut secara eksplisit disebutkan
bahwa majelis taklim merupakan bagian dari pendidikan non-formal. Hal ini
sekali lagi menunjukkan bahwa majelis taklim merupakan bagian penting dari
Sistim Pendidikan Nasional.
Sebagai
bagian dari Sistim Pendidikan Nasional, majelis taklim melaksanakan fungsinya
pada tataran non-formal, yang lebih fleksibel, terbuka, dan merupakan salah
satu solusi yang seharusnya memberikan peluang kepada masyarakat untuk menambah
dan melengkapi pengetahuan yang kurang atau tidak sempat mereka peroleh pada
pendidikan formal, khususnya dalam aspek keagamaan. Kedudukan majelis taklim
yang demikian semakin mendapat dukungan dari masyarakat yang indikasinya bisa
dilihat semakin berkembangnya majelis taklim dari tahun ke tahun. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan pertumbuhan kuantitas majelis taklim di seluruh Indonesia
berdasarkan data yang terdapat di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama RI.
D. Metode Pengajaran
Metode
pengajaran ialah cara penyampaian bahan pengajaran dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan
dilakukan guru ketika berinteraksi dengan jamaah dalam upaya menyampaikan bahan
pengajaran tertentu agar pengajaran tersebut mudah dicerna, sesuai dengan tujuan
pengajaran yang ditargetkan (Silabus Majelis Taklim,
kemenag RI Dirjen Bimas Islam Direktorat Penerangan Agama Islam Tahun 2013).
Sejumlah
metode yang dapat diterapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Majelis
Taklim adalah sebagai berikut :
1.
Metode ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian
bahan pengajaran dalam bentuk penuturan atau penerangan lisan oleh guru
terhadap jamaahnya, praktek penerapannya adalah sebagai berikut :
a. Dilakukan pada saat KBM klasikal diawal mulai
pengajian Majelis Taklim
b. Sebaiknya didukung oleh alat bantu berupa
gambar, bagan atau sketsa, alat peraga dan alatbantu lainnya.
c. Dapat divariasi denagn metode Tanya jawab dan
pemberian tugas
d. Bahan pengajarannya yang dapat disajikan
dengan metode ceramah umumnya adalah bahan pengajaran yang menurut pemahaman
dan pembentukkan sikap, seperti aqidah,fiqih ibadah, akhlak, dsb.
2.
Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara
penyampaian bahan pengajaran melalui proses tanya jawab. Siapa yang bertanya
dan siapa yang menjawab, hal ini perlu diatur dengan baik agar KBM berjalan
efektif dan efisien. Penerapan metode tanya jawab sebagai berikut:
a. Metode ini dapat diterapkan pada klasikal
awal membuka pengajian dengan terlebih dahulu bertanya kepada jamaah
b. Pola interaksi tanya jawab dapat dilakukan
dengan bervariasi :
a. Ustadz bertanya dan jamaah menjawabnya secara
perorangan lalu guru memberikan pengarahan atau pengembangan seperlunya.
b. Jamaah dirangsang untuk bertanya atau membuat
pertanyaan. Lalu ustadznya memberikan jawaban dengan jelas dan gamblang.
c. Metode tanya jawab dapat ditarapkan di semua pengajian.
3.
Metode diskusi
Metose diskusi adalah suatu metode dalam KBM,
dimana jamaah diberi kesempatan untuk pendalaman materi melalui diskusi,
bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sesama jamaah. Metode ini dapat
digunakan dalam merespon kondisi dan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh
jamaah pada lingkungannya.
4.
Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara
penyampaian bahan pengajaran dalam bentuk mempertunjukkan untuk disaksikan dan
ditiru oleh para jamaahnya. Penerapan
metode ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat dilakukan dalam KBM klasikal dipadukan
dengan metode ceramah.
b. Bahan pengajaran yang sesuai dengan
penggunaan metode ini adalah fiqih ibadah, akhlak, ilmu tajwid, dan lain-lain.
5.
Metose pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara
penyampaian bentuk pengajaran dalam bentuk pemberian tuagas tertentu dalam rangka mempercepat tugas pencapaian
tuuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Penerapannya metode ini adalah sebagai
berikut :
a. Dapat dilakukan dimana guru memberikan tugas
kepada salah seorang jamaahnya untuk membaca al qur’an atau yang lainnya
b. Pemberian tugas dapat berupa petunjuk lisan
atau petunjuk tertulis.
c. Metode pemberian tugas berkaitan erat dengan
metode Tanya jawab, oleh karenanya dapat dipadukan atau diselaraskan, sesuai
kebutuhan atau target yang akan dicapai.
d. Bahan pengajaran yang sesuai untuk metode ini
dapat meliputi semua bahan pengajaran.
6.
Metode Karya Wisata
Metode karya wisata atau study tour adalah
suatu cara pembelajaran dalam rangka mengembangkan wawasan, pengalaman, dan
penghayatan para jamaah terhadap bahan pengajaran yang pernah mereka terima,
dengan jalan mengunjungi obyek wisata tertentu. Dengan demikian, tujuan dan
program karyawisata ini berbeda dengan kunjungan wisata bisaa yang pada umumnya sekedar
hiburan atau rekreasi. Penerapan metode karyawisata/study tour ini adalah
sebagai berikut :
a. Dilaksanakan dalam waktu khusus diluar jam
KBM majelis taklim atau pada hari libur tertentu.
b. Dalam pelaksanaannya, metode ini ditopang
dengan metode lainnya seperti pemberian tugas, tanya jawab, dan sebagainya.
E. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dalam setiap majelis taklim tidak
dapat dipaksakan dengan metode apa ia gunakan. Penggunaan metode disesuaikan
dengan waktu, situasi, dan kondisi masing-masing, dengan harapan dan tujuan
tercapainya target pembelajaran. Macam-macam metode penyuluhan antara lain
metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, pemberian tugas dan karya
wisata.
Semoga tulisan ini bisa menjadikan kita lebih bijak dalam
menghadapi jamaah dan tercapai tujuan kita. Amin.
Yogyakarta,
17 Maret 2015
Samsul
Maarif
Penyuluh
Agama Islam Fungsional
Kecamatan
Danurejan Kota Yogyakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar