You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.
.. SELAMAT DATANG DI WEBSITE KELOMPOK KERJA PENYULUH AGAMA ISLAM KOTA YOGYAKARTA TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN DAN APRESIASINYA.. SEMOGA BERMANFAAT DAN KESUKSESAN SELALU MENYERTAI ANDA..

Rabu, 09 November 2022

TEKS KHUTBAH JUMAT #edisi21102022 : ETIKA ISLAMI DALAM BER-MEDIA SOSIAL

ETIKA ISLAMI DALAM BER-MEDIA SOSIAL

Oleh Fahrur R. Kuantani
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Segala puji bagi Allah Ta’ala, yang telah menciptakan malaikat dari cahaya, setan dan jin dari api dan manusia dari tanah liat, sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Keluarga dan para sahabatnya. Semoga keselamatan juga Allah curahkan untuk umatnya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya.
Dalam kesempatan yang mulia ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan senantiasa taat dan istiqamah atas segala ajaran dan tuntunan-Nya serta tertib dan disiplin dalam meninggalkan dan mewaspadai segala perilaku dan potensi kemaksiatan kepada-Nya, aamiin.
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Kemajuan teknologi informasi saat ini sangat pesat dan arus informasi begitu cepat. Kehadiran media sosial memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Namun, seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat menjadi kesempatan bagi kelompok dan oknum tertentu yang hendak menyebarkan berita bohong (Hoax) yang beredar lewat media sosial mulai dari Facebook, Youtube, Whatsapp, Twitter, Instagram serta media sosial lainnya. Berita hoax bukan saja bisa membuat masyarakat bingung namun bisa mendatangkan kepanikan, kecemasan, dan bahkan menyesatkan pikiran.
Dampak buruk dari berita bohong tersebut sebenarnya telah banyak memakan korban, bahkan sejak 14 abad silam hal ini juga menimpa keluarga Rasulullah saw sendiri yaitu Ummul mukminin Aisyah Binti Abu Bakar radhiyallahu anha yang dikenal dengan Peristiwa Kabar Bohong (Haditsul Ifki), yakni ketika beliau pulang dari ekspedisi Musthaliq pada tahun kelima Hijriyah. Dia dituduh telah berselingkuh dengan seorang sahabat yang bernama Shafwan bin Mu’aththal. Kabar ini diproduksi oleh pemimpin kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul dan kemudian disebarkan oleh beberapa orang, di antaranya Misthah bin Atsatsah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahys.
Fitnah tersebut dengan cepat beredar ke seluruh penjuru di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslim. Pada awal-awal, sebagaimana diceritakan Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah (2008), Nabi Muhammad hanya mendiamkan kabar itu. Di sisi lain, Sayyidah Aisyah sangat terpukul usai mengetahui kabar dirinya berselingkuh tersebar di seluruh Kota Madinah. Terlebih, setelah tiba di Madinah dari ekspedisi Musthaliq dia jatuh sakit selama sebulan lamanya. Sejak saat ini, Aisyah kemudian tinggal di rumah orang tuanya setelah mendapatkan izin dari Nabi Muhammad. Dalam satu riwayat, dia menangis hingga dua malam tanpa henti. Aisyah merasa Nabi Muhammad bersikap berbeda dari biasanya setelah berita itu mencuat. Sikap Nabi tidak hangat, tidak bercanda, dan kurang begitu perhatian kepadanya padahal saat itu Aisyah sedang sakit.
Memang Nabi tidak menyalahkan dan juga tidak membenarkan kabar itu—karena Nabi masih menunggu wahyu dari Allah. Kepada Aisyah, Nabi mengatakan bahwa Allah akan membersihkannya jika dia memang tidak bersalah. Lalu, jika Aisyah berdosa maka Nabi memintanya untuk memohon ampunan kepada Allah. Mendengar hal itu, Aisyah kembali bercucuran air mata hingga hampir habis. Aisyah lalu merespons hal itu dengan ucapan yang panjang. Intinya, dia sabar menghadapi kabar fitnah itu hingga Allah melakukan pembelaan terhadapnya.
Sebulan—riwayat lain menyebut 45 hari- setelah kabar bohong itu menyebar di Madinah, Nabi Muhammad menerima wahyu tentang pembebasan Aisyah dari tuduhan keji itu, yaitu Surat An-Nur ayat 11:
Allah SWT berfirman;
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (Q.S. an-Nur [24]: 11)
Kaum muslimin rahimakumullah
Hadits al-ifki ini adalah kasus yang sangat menyakitkan, khususnya bagi Aisyah dan Nabi dan umumnya bagi umat Islam. Namun kasus ini telah memberi banyak hikmah dan pelajaran bagi kita terutama terkait pentingnya etika dalam bermedia social sehingga munculnya banyak fitnah seperti penyebaran hoax bisa diantisipasi. Ketika dicermati bebarapa ayat dalam Al-Qur’an, maka terdapat simpul-simpul etika dalam bermedia social sebagai berikut:
Komunikasi harus atas dasar Kebenaran dan Kesabaran
Dalam melakukan aktivitas komunikasi, Islam memandang bahwa komunikasi yang dilakukan harus ada tujuan dan maksud yang baik (dakwah) untuk saling mengingatkan kebaikan dan saling menasehati dalam kebenaran, agar kemashlatan dalam kehidupan dapat selalu terwujud. Sebagaimana firman Allah SWT;
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. al-Ashr [103]: 1-3).
Saring Sebelum Sharing
Dalam aktivitas komunikasi, tentu adanya aktivitas penerimaan dan penyampaian informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui jaringan internet dalam media sosial, kita sangat mudah menemukan atau menerima informasi tanpa terhalang jarak dan waktu. Untuk itu perlu adanya filtrasi dalam menerima informasi yang beredar sebelum disampaikan kepada orang lain agar kita terhindar dari hal-hal yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam hal ini Al-Quran memberikan perintah Tabayyun (teliti, jeli, dan hati-hati) dalam menerima informasi. Allah SWT berfirman;
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 6).
Prof. Quraish Shihab menerangkan bahwa ada dua hal yang patut dijadikan perhatian terkait ayat tersebut. Pertama, pembawa berita; dan kedua, isi berita. Bahwa pembawa berita yang perlu di-tabayyun dalam pemberitaannya adalah orang fasiq. Yaitu, orang yang aktivitasnya diwarnai oleh pelanggaran agama. Sedangkan menyangkut isi berita, penyelidikan kebenaran sebuah berita menjadi perhatian khusus dalam ayat tersebut. Penyeleksian informasi dan budaya literasi adalah komponen yang tidak bisa diabaikan. Jadi, tradisi mudah menge-share berita tanpa melakukan penyelidikan kevalidan secara mendalam tidaklah dibenarkan dalam Islam (Shihab, 2016:208-209).
Dari ayat tersebut kita dapat mengambil makna bahwa apabila telah datang kabar dari orang fasik dan juga bisa berlaku umum berita dari siapa saja, maka kita diharuskan untuk memeriksa dan meneliti terlebih dahulu kabar berita tersebut dan janganlah tergesa-gesa membenarkan dan menyebarkan berita tersebut. Terkhusus di zaman kemajuan teknologi informasi masa kini, berita bohong (Hoax), fitnah, dan ujaran kebencian (Hate Speech) sangat banyak menyebar luas di media sosial, maka ada 3 hal yang harus dilakukan sebelum menerima dan menyampaikan informasi, yakni: validasi (Chek kesahihannya), verifikasi (chek kebenarannya), dan klarifikasi (chek kejelasan sumber informasinya).
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Hindari saling olok-mengolok atas perbedaan (Bullying)
Dalam berkomunikasi kita berusaha menahan diri terhadap keinginan untuk mengolok olok dan merendahkan orang lain, mencaci-maki, atau melakukan tindakan penghinaan yang dapat menumbuhkan kebencian orang lain, apalagi saudara kita seiman seagama. Boleh jadi orang atau saudara yang diolok-olok lebih mulia di sisi Allah SWT, karena Allah SWT yang maha tahu siapa diri kita sebenarnya. Allah SWT berfirman;
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. al-Hujurat [49]: 11)
Gunakan Bahasa Dakwah Yang Santun
Dalam berkomunikasi, kita harus pintar menggunakan cara dan bahasa yang baik agar tersirat nilai-nilai kebaikan. Sebagaimana firman Allah SWT,
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (an-Nahl [16]: 125).
Ayat diatas mengandung perintah bahwa hendaklah dalam melakukan komunikasi harus dengan hikmah (cara yang bijak), dan komunikasi bersifat nasihat yang baik dan santun. Jika kita berkomunikasi dengan orang-orang yang keras hatinya, maka hendaklah berkomunikasi dengan cara debat tetapi dengan bahasa yang santun lembut dan mengena ke hati lawan orang yang diajak berkomunikasi.
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Demikianlah khutbah ini disampaikan, semoga dengan menerapkan Etika Islami di Media Sosial berdasarkan petunjuk di Al-Quran tersebut akan tercipta suasana komunikasi yang nyaman di antara sesama pengguna media sosial, dapat mencegah tersebarnya informasi hoax yang semakin banyak beredar di media sosial, dan dapat menjaga toleransi serta solidaritas sesama manusia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وَنَفَعْنَا بِهَدْيِ سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ وَقَوْلُهُ القَوِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Ke 2
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا} ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، وَ يَا قَاضِيَ الْحَاجَةِ. رَبَّنَا لاَ تَدَعْ لَنَا فِي مَقَامِنَا هَذَا وَ فِي سَاعَتِنَا هَذِهِ ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَ لاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَ لاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَ لاَ مُسَافِرًا إِلاَّ وَصَلْتَهُ، وَ لاَ مَرِيْضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَ لاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَ لاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا لَكَ رِضًا وَ لَنَا فِيْهَا صَلاَحًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَ يَسَّرْتَهَا يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP