Minggu, 11 Mei 2014
Berbagai berita tentang bencana akibat
kerusakan lingkungan sering kita baca di surat kabar atau kita dengar di
media-media nasional maupun lokal. Di samping itu, kita juga sering menyaksikan
terjadinya kerusakan lingkungan, seperti kerusakan hutan. Mengapa kerusakan
lingkungan bisa terjadi?
Lingkungan memiliki
arti penting bagi kelangsungan hidup manusia. Lingkungan mendukung aktivitas
yang dilakukan manusia di muka bumi. Tanpa lingkungan manusia tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tidak berarti kedudukan lingkungan lebih
tinggi dari manusia. Manusia dan lingkungan saling membutuhkan untuk dapat
menjaga kelangsungan hidupnya.
Saat ini pemerintah
Indonesia mencanangkan berbagai upaya untuk mencegah kerusakan lingkungan.
Salah satunya dengan pencanangan program penanaman seribu pohon dan berbagai
kegiatan lainnya. Penanaman seribu pohon ini dimaksudkan agar lingkungan yang
rusak kembali lestari dan bisa dimanfaatkan oleh manusia. Selain itu, kita juga
mengenal istilah go green yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan.
Jauh sebelum ada
program penanaman seribu pohon, Go Green, maupun program pelestarian
lingkungan lainnya, Islam telah mengingatkan manusia tentang perlunya menjadi
kelestarian lingkungan. Sebagai agama Rahmatan lil’alamin Islam sangat
peduli terhadap kelestarian lingkungan. Kepedulian Islam terhadap kelestarian
lingkungan dapat kita temukan dalam salah satu ayat Al-Qur’an. Perhatikan
firman Allah SWT dalam surat ar-Rum [30] ayat 41-42 berikut ini.
Artinya:
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena pebuatan tangan manusia: Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka. Agar mereka kembali (ke jalan yang
benar). Katakanlah (Muhammad). “Adakanlah perjalanan di muka bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan
orang-orang terdahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah)” (Q.S.
Ar-Rum, 30: 41-42)
Ayat di atas berisi
larangan bagi manusia untuk merusak lingkungan. Lebih lanjut Allah SWT
juga menjelaskan bahwa kerusakan yang
terjadi di muka bumi merupakan akibat ulah tangan manusia. Manusia yang merusak
apa yang diciptakan Allah SWT. Manusia merusak lingkungan sehingga terjadilah
berbagai macam bencana.
Kerusakan lingkungan
dapat berupa kerusakan di darat dan di laut. Kerusakan di darat dapat berupa
kerusakan moral. Jadi, yang dimaksud dengan kerusakan bukan hanya kerusakan
secara fisik, tetapi dapat berupa kerusakan non-fisik. Kerusakan secara fisik
dapa kita lihat dengan mata. Misalnya kerusakan hutan yang menyebabkan
terjadinya banjir dan tanah longsor. Pencemaran sungai menyebabkan matinya ikan
dan berbagai binatang air lainnya. Kerusakan yang terjadi di darat dan di laut
menimbulkan kerugian bagi manusia.
Kerusakan yang ada di
laut dapat berupa pencemaran laut. Akibatnya ikan dan hewan yang hidup di laut
menjadi terganggu bahkan mati. Pencemaran laut dapat merusak ekosistem yang ada
di laut. Kerusakan di laut dapat menyebabkan para nelayan tidak dapat mencari
nafkah. Kerusakan di laut dapat menghambat transportasi yang melalui laut.
Akibatnya, perekonomian terhambat dan tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Kerusakan yang ada di
darat dan laut menyebabkan kerugian bagi manusia. Kerusakan di darat
menyebabkan kerugian yang kadang tidak dapat dihitung oleh manusia. Kerusakan
hutan menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor. Banjir dan tanah longsor
sering memakan korban, baik jiwa maupun harta benda. Hal tersebut tentu merugikan
manusia.
Jadi, manusialah yang
akan merasakan kerugian akibat kerusakan lingkungan. Berbagai bencana yang
terjadi akibat kerusakan lingkungan bisa jadi sebagai peringatan bagi semua manusia.
Allah SWT mengingatkan kita melalui banjir, tanah longsor, dan bencana alam
lainnya. Dengan berbagai bencana tersebut manusia diharapkan menyadari
perbuatannya dan kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan yang diridai Allah
SWT.
Kerusakan di muka bumi
bukan hanya kerusakan fisik, tetapi juga kerusakan non-fisik atau moral.
Kerusakan moral yang dilakukan oleh umat manusia termasuk kerusakan yang
dimaksud dalam surah Ar-Rum [30] ayat 41. Banyaknya perbuatan maksiat yang
dilakukan manusia menyebabkan ketidakseimbangan di bumi ini. Kerusakan secara
non-fisik ini juga membawa akibat buruk bagi manusia.
Allah SWT memerintahkan
kepada manusia agar melakukan perjalanan ke muka bumi. Perjalanan ini
dimaksudkan agar manusia mengetahui akibat yang diterima karena merusak
lingkungan atau berbuat melampaui batas. Lihat pula akibat yang diterima oleh
umat Nabi Luth yang telah berbuat melampaui batas. Lihat pula akibat yang
diterima oleh kaum Nabi Nuh yang ditenggelamkan oleh banjir. Mereka telah
berbuat yang melampui batas. Lihat pula umat-umat lain yang berbuat kerusakan
dan akibat yang mereka terima.
Surah Ar-Rum [30] ayat
41-42 di atas melarang manusia berbuat kerusakan, baik secara fisik maupun non-fisik.
Selain itu, ayat tersebut juga mengingatkan manusia pentingnya lingkungan.
Lingkungan yang ada di sekitar memiliki daya dukung terhadap manusia.
Menjaga kelestarian
lingkungan bukan berarti kita tidak boleh mengambil manfaat dari lingkungan.
Kita diperbolehkan memanfaatkan lingkungan, tetapi kita harus menjaga
kelestariannya. Manfaatkan apa yang disediakan lingkungan, tetapi jangan
merusaknya.
Jelaslah sudah bahwa
Islam sangat menghargai lingkungan. Islam melarang penganutnya berbuat
kerusakan di muka bumi atau merusak lingkungan. Ajaran lain dalam Islam yang
mencerminkan perintah untuk melestarikan lingkungan dapat kita temukan dalam
larangan-larangan haji dan umrah. Dalam kedua ibadah tersebut terdapat larangan
untuk membunuh binatang dan merusak lingkungan. Jika para jamaah haji dan umrah
kembali ke tanah air dan masih memegang teguh larangan-larangan dalam haji dan
umrah, lingkungan akan terjaga dengan baik. Kita akan dapat menikmati manfaat
lingkungan yang lestari.
Islam memerintahkan
kepada umatnya agar menjaga kelestarian lingkungan. Keseimbangan hendaknya
dijaga agar kita dapat memanfaatkan alam sekitar secara maksimal. Banyak cara
yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Membuang sampah
pada tempat yang telah disediakan merupakan hal sepele, tetapi membawa dampak
yang sangat besar bagi lingkungan.
Kita juga bisa memulai
mencintai lingkungan dengan membiasakan diri menanam pohon. Ingatlah, mungkin
bukan kita yang bahkan menikmati manfaat pepohonan yang kita tanam, tetapi anak
cucu kita masih membutuhkan bumi ini sebagai tempat tinggal. Apa yang akan kita
lakukan untuk melestarikan lingkungan bukan hanya untuk kita semata, tetapi
demi anak cucu dan generasi penerus.
Cara lain untuk
melestarikan lingkungan adalah senantiasa menjalankan perintah Allah SWT. Dan
menjauhi larang-Nya. Dengan senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya kita akan terjaga dari perbuatan melampui batas. Dengan tidak
berbuat yang melampui batas kita telah menghindarkan bumi dari kerusakan.
Semoga dengan hal-hal kecil yang kita lakukan, bumi ini tetap lestari sehingga
anak cucu kita kelak masih bisa menikmati kelestarian lingkungan. Amin
*Nur Khoiro Umatin, S. Hi
Penyuluh Agama Honorer
Pakualaman
Kota Yogyakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar