You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Diberdayakan oleh Blogger.
.. SELAMAT DATANG DI WEBSITE KELOMPOK KERJA PENYULUH AGAMA ISLAM KOTA YOGYAKARTA TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN DAN APRESIASINYA.. SEMOGA BERMANFAAT DAN KESUKSESAN SELALU MENYERTAI ANDA..

Sabtu, 19 April 2014

Belajar dari Sebuah Pohon

Meninggalkan rutinitas kehidupan yang tidak pernah berhenti, sejenak akan menjadikan kita kembali pada ‘zero mind’ untuk mengingat, apa sebenarnya yang terjadi dan untuk apa keberadaan kita dihadirkan ke dunia ini. Untuk ini, kita perlu mengingat dan membaca ulang surat ayat berikut:
Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini ¹), yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah 2 : 35; lihat juga: Al A’raaf , 7: 11–25; dan Thaahaa, 20: 115–127.)


Allah SWT memberitakan kisah yang pernah terjadi jauh sebelum kehidupan ini ada, firman-Nya: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.” (QS. Al Baqarah, 2:30). Para malaikat tidak mengerti apa dibalik kehendak Allah, seraya berargumen bahwa makhluk yang akan dicipta nanti adalah orang yang akan membuat kerusakan di bumi serta menumpahkan darah. Padahal Malaikat senantiasa bertasbih dengan memuja dan mensucikan-Nya. Tatkala makhluk baru yang bernama Adam itu diciptakan, lantas diterangkan: Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir (QS. Al Baqarah, 2: 34-36)
     Pertanyaannya adalah mengapa peristiwa yang tersurat dalam Al Qur’an seperti di atas begitu penting di sisi Allah SWT, sehingga menjadi penyebab awal adanya peristiwa dahsyat yang melahirkan perubahan di alam semesta. Rangkaian kisah dengan klimaks di satu ayat (QS 2:36) yang membawa perubahan besar pada terjadinya alam semesta dan bumi yang menghampar dengan segala struktur alam raya yang terbentang luas dan tak terjangkau akal manusia. Perilaku Adam dan Hawa di sisi Allah SWT yang menyebabkan-Nya mengeluarkan Adam dan Hawa untuk tinggal di bumi yang kecil dibandingkan alam semesta yang begitu luasnya.
Allah SWT memerintah Adam untuk mendiami surga dengan segala fasilitas dan kenikmatannya setelah ia menjalani beberapa tahapan kehidupan yang baru saja dijalaninya. Pertama, Nabi Adam berhasil memperlihatkan kecakapan akan ilmu pengetahuan yang Allah berikan dengan menyebutkan nama-nama benda kepada para malaikat dan iblis. Kedua, posisi iblis yang terang-terangan menyetakan sikap penolakannya kepada Allah SWT dan membuatnya menjadi makhluk yang dilaknat. Dalam hal ini, SWT mempersilahkan Adam untuk bersenang-senang bersama Hawa, untuk menikmati makanan yang disediakan tanpa mengecewakan. Di mana saja tempat yang Adam sukai tanpa dibatasi jumlah kenikmatan dan seberapa banyak fasilitas yang bisa dinikmati kecuali satu hal, yaitu janganlah kamu dekati pohon ini.
Mencermati beberapa tafsir dijelaskan bahwa kata jannat berarti suatu tempat yang dipenuhi pohon, taman - taman yang indah. Jannat dan juga limpahan kebutuhan didalamnya termasuk izin keleluasaan yang Allah berikan kepada Adam adalah simbol kenikmatan dan fasilitas kebebasan juga kewenangan untuk melakukan segala keleluasaan surga yang sebegitu luasnya kecuali satu hal yaitu sebuah pohon, hal yang teramat kecil bila dibandingkan dengan kenikmatan yang Adam peroleh. Lalu marilah kita sama-sama menilik kisah ini secara mendalam, mampukah bekal ilmu pengetahuan yang sebelumnya Adam peroleh, termasuk bertatap langsung dengan keagungan Allah SWT yang menciptakannya dan juga terusirnya iblis atas pembangkangannya menjadikannya sebagai sebuah pelajaran mampu mencegahnya dari ingkar kepada Rabbnya?
Ternyata, ilmu yang Adam miliki, kehormatan karena kemuliaan yang diberi, keistimewaan bertemu dengan sang Khalik langsung dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa murkanya Allah SWT kepada iblis yang membangkang perintahNya, itu semua tidak cukup menahan Adam untuk tidak mendekati pohon tersebut. Maka peristiwa itulah yang menyebabkan perubahan alam dan kita semua ada saat ini. Betapa mahal harga yang ditebus untuk mendidik kita menjadi hamba mulia dan mampu kembali ke tempat asal di surga sana. Maka maukah kita menjadikan ini sebagai pelajaran berharga?
Jika mendekati sebuah pohon saja mengakibatkan perubahan alam yang luar biasa, menjadikan-Nya mencipta tempat singgah (bumi) bagi Adam yang terusir, padahal perintah Allah SWT sangat sederhana, bahkan tidak merusak tatanan lingkungan disana. Lalu, pertanyaannya adalah di mana tempat yang cocok bagi kita? Bagaimana dengan ahli ilmu yang melakukan kedustaan? Bagaimana dengan pencuri dan koruptor yang membunuh masyarakat dengan perlahan?  Bagaimana kaum munafiq yang berlaku nista dengan jubah ketaqwaan? Dimana tempat yang cocok untuk orang yang bersiul-siul tenang, menutup mata, hati dan fikiran? Dan dimana tempat bagi orang yang tak mampu lagi membedakan dzulumat wa nur?
Ketahuilah, bukanlah soal pohonnya yang membuat perubahan reposisi Adam, lihatlah lebih dalam, jernihkan hati. Bukanlah halal haram, bukanlah masalah obyek dan materi kebendaan, tetapi bagaimana setiap kita dapat menghargai keberadaan Allah SWT di atas segala hasrat, keinginan dan ambisi. Adakah makna Laa ilaahaillallah benar-benar menghunjam kuat di dalam perilaku? Bagaimanakah tubuh kita ini bisa bersikap santun, percaya dan menghargai keberadaan-Nya?
Konon ada begitu banyak pohon di dunia yang menggoda, tiga diantaranya begitu tersohor muatannya yaitu pohon harta, pohon tahta dan pohon wanita. Memang banyak yang mendekati pohon itu karena belum diberitakan ilmunya. Namun banyak juga yang teramat kuat dorongannya bahkan badannya masih jauh tetapi tangannya sudah menggapai-gapai, angan-angannya lebih panjang lagi, lidahnya menjulur-julur pula. Sebagian di antaranya sudah cukup bekalan ilmunya. Ambisi untuk hidup abadi dalam kesenangan sebagaimana hembusan rayuan iblis kepada Adam untuk mendekati pohon agar mendapat kenikmatan abadi.
Iblis bermuslihat dalam argumentasi yang seolah fakta bahwa kenikmatan yang Adam nikmati tidak kekal itulah yang menyebabkan Allah SWT melarang mendekati pohon tersebut. Akhirnya, terbukti bahwa hembusan iblis berhasil menipu daya Adam. Itulah saat di mana terbukti dan tersingkap kebenaran Allah SWT dan kedustaan iblis.
Iblis juga menjadikan manusia memandang baik perbuatan buruk dan  menghiasinya dengan kecintaan-kecintaan secara perlahan dengan memandang halal perbuatan haram. Kecemasan kalau kenikmatan dan fasilitas tidak kekal atau mempertahankan kondisi nyaman yang ingin dipertahankan terus-menerus tak ingin bila segera usai. Al Qur’an menggambarkannya sebagai berikut:
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (QS Al Hijr, 15 : 39-40)

Ada sebuah nasihat yang selalu diingat sampai saat ini, yaitu: “Ketahuilah bahwa hati yang bersih akan melahirkan kebenaran, sebaliknya hati yang kotor hanya akan melahirkan pembenaran-pembenaran dan alasan-alasan yang kuat”. Jadi, ketika seseorang banyak berdalih melakukan pembenaran dan begitu banyak alasan di saat tangannya nyata-nyata berlumpur, itu hanyalah mencerminkan kekotoran jiwa yang sesungguhnya. Ketika seseorang nyata-nyata melakukan perbuatan haram tapi bersikap tenang dengan alibi, dalih dan pembenaran maka itulah cerminan kekotoran jiwa, kekotoran aqidah yang dikemas dengan rapi sehingga mampu meyakinkan banyak orang. Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir  (QS Al An’am, 6 :130). Mereka adalah orang-orang kafir yang tertutup mata dan hatinya, atau mereka sendiri yang menutup kebenaran sesudah sampai kebenaran pada akalnya.
Allah SWT mengatakan dalam firmanNya : “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”. (QS. Al Israa’, 17 : 72)
Maka, hendaknya jihad dilakukan sejak ia masih merupakan bisikan hati. Bukankah setan menjerumuskan manusia dengan membisikkan ke hatinya, sebagaimana iblis menghembuskannya kepada Adam. Selain itu potensi fujur dan taqwa dalam diri manusia tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang panjang. Kebaikan seseorang pasti dimulai dari niat dan ide-ide positif yang melahirkan perbuatan yang baik dan bila dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan yang baik.
Begitupula keburukan seseorang tidak terjadi begitu saja. Tetapi, pasti melalui proses yang panjang sedikit demi sedikit sejak masih berupa bisikan, rencana-rencana, gagasan-gagasan dan ide-ide yang diwujudkan dalam aktivitas, kegiatan, proyek-proyek dan segala hal yang dilakukan terus-menerus. Allah SWT memberi pahala kepada seseorang yang berniat melakukan kebaikan meskipun tidak terlaksana, maka menghalau fikiran buruk dan membatalkan aktivitas yang fasik adalah sebuah jihad hati dan fikiran.
Kalau Nabi Adam menjadi terusir dari kedudukannya yang terhormat ke bumi, manusia mungkin tidak perlu terusir kebumi-bumi lain yang lebih rendah. Cukuplah martabat itu menjadi grade bagi kedudukan dan kemuliaan seorang hamba di hadapan Allah SWT. Kalau di atas dibahas, mampukah segala ilmu yang Adam peroleh mencegahnya dari tipu daya iblis, maka pelajaran dan hikmahnya adalah mampukah ilmu yang kita miliki mencegah kita dari melakukan perbuatan fasik, munafiq dan kekafiran yang diilhami iblis dan antek-anteknya. Begitulah, sesungguhnya segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia adalah cerminan dari kedekatan seorang hamba kepada Rabbnya.
Semua informasi tentang kisah yang dialami oleh Adam as dan Hawa merupakan pelajaran yang teramat mahal dan sangat berharga bagi kehidupan dunia yang kenikmatannya hanya bersifat sementara. Semoga kisah ini menjadi inspirasi panjang yang tidak pernah bosan untuk dipelajari bagi hamba-hamba yang ikhlas dan rela menahan kesabaran di dunia yang fana ini. Semoga kita bisa pulang ke kampung akhirat dengan bahagia. Wallahua’lam.  (Dari berbagai sumber)

Kusmanto
Penyuluh Agama Islam Fungsional Kota Yogyakarta
Wilayah Kerja Kecamatan Umbulharjo

0 komentar:

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP