Penyuluh Agama Islam identik
dengan seorang orator yang terampil menyampaikan pidato dengan bahasa agama.
Berbagai tantangan akan dihadapinya ketika penyuluh agama tersebut mulai terjun
di kelompok binaan atau kelompok sasarannya.
Tentu saja sebagai seorang
penyuluh harus memperhatikan etika dan cara bagaimana seorang penyuluh bisa
diterima masyarakat. Banyak cara untuk meraih tujuan tersebut, salah satunya
adalah kita harus bisa menjadi pribadi yang disukai. Berikut ini beberapa
contoh pribadi yang disukai.
1. Ketulusan
Penyuluh agama dituntut mempunyai sifat tulus. Ketulusan
menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang.
Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan
dibodohi atau dibohongi. Penyuluh Agama yang tulus selalu mengatakan kebenaran,
tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan
fakta. Prinsipnya “Ya di atas Ya dan Tidak di atas Tidak”. Tentu akan lebih
ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan
seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa
merugikan diri sendiri.
2. Kerendahan Hati
Perlu diperhatikan bahwa kerendahan hati berbeda dengan rendah diri, yang
merupakan kelemahan. Kerendahan hati justru mengungkapkan kekuatan pribadi.
Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi
yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan
menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa
oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.
3. Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Penyuluh Agama yang
setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya
komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
5. Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak
harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Penyuluh Agama yang
ceria adalah Penyuluh Agama yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan
selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa menertawakan situasi, orang lain
dan bahkan dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong
semangat orang lain.
4. Positive Thinking
Penyuluh Agama yang bersikap positif (positive thinking) selalu
berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi
yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan
orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih
suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan
sebagainya.
6. Bertanggung jawab
Penyuluh Agama yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan
sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika
mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk menyalahkan
orang lain. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan
menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab
atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
7. Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana
adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Penyuluh Agama yang
percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru.
Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
8. Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk memaafkan orang
lain. Penyuluh Agama yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh
rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar,
tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
9. Easy Going
Penyuluh Agama yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah
kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka
mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau
pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.
10. Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Penyuluh Agama yang berempati
bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi
orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi
kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia
selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.
Itulah sepuluh kualitas pribadi
yang disukai. Niat yang tulus dan didukung dengan cara yang benar, maka pribadi yang
unggul bisa didapatkan dengan menerapkan tips sepuluh kualitas pribadi tersebut.
Wallaahu a’lam. (Sebagian tulisan ini dikutip dari Kartu Pintar produksi Visi
Victory Bandung)
Samsul Ma’arif, S.Th.I
Penyuluh Agama Islam Kota
Yogyakarta
Wilayah Kerja Kecamatan Danurejan
0 komentar:
Posting Komentar